MENGENAL BATIK JAMBI

Batik Indonesia sudah resmi diakui UNESCO dengan dimasukkan kedalam Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) pada tanggal 2 Oktober 2009, yang tanggal peresmian tersebut sekarang kita peringati dengan Hari Batik Nasional dan juga pada tanggal tersebut biasanya perkantoran baik instansi Pemerintah maupun swasta disarankan mengenakan batik. 

Salah satu daerah produsen batik terpopuler di Indonesia adalah Jambi, yaitu suatu daerah yang terletak cukup strategis karena langsung berhadapan dengan kawasan pertumbuhan ekonomi yaitu IMS-GT (Indonesia, Malaysia, Singapura Growth Triangle), dan didukung alam yang subur kerena dialiri oleh sungai Batanghari yang mengalir sepanjang beberapa Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi sepanjang lebih kurang 800 km, dan dibawah kaki Atap Pulau Sumatera Gunung Kerinci. 

Provinsi Jambi memiliki 9 kabupaten dan 2 kota, Kota Jambi tepatnya daerah Jambi Kota Seberang tempat tinggal para warga Jambi asli merupakan sentra batik di Provinsi Jambi, dari 11 kelurahan di Jambi Kota Seberang, Kampung Tengah, Olak Kemang, Arab Melayu adalah kelurahan dengan pengrajin batik terbanyak 

Diantara beberapa sanggar batik di Jambi Kota Seberang, antaranya Kreasi Batik Asmah di Jl. H Somad No 41, Kel. Olak Kemang, Kec. Danau Teluk. Kreasi batik Jambi di Jl. KH A Madjid Rofar, Kel. Jelmu, Kec. Pelayangan dan Balai Kerajinan Rakyat Selaras Pinang Masak yang difasilitasi Pemerintah Prov. Jambi terletak tepat di depan tempat penyeberangan Getek (atau Ketek) ataupun perahu wisata tradisional Jambi. 

Untuk menuju tempat ini bisa dilakukan dengan tiga cara, pertama dengan perahu ketek hanya membutuhkan waktu 10-15 menit, dengan biaya 2000-5000 saja. Kedua, dapat ditempuh dengan kendaraan jalur darat namun memakan waktu yang lebih lama yaitu sekitar 20-40 menit, melewati jembatan Batanghari I. Ketiga, jika berjalan kaki, Anda bisa melewati Titian Arasy, yakni jembatan pedestrian yang menghubungan pusat Kota Jambi dengan Sekoja yang terletak di depan Rumah Dinas Gubernur Jambi. 

Sedangkan mungkin yang tidak punya waktu banyak untuk berkunjung secara langsung ke produsen batiknya bisa memanfaatkan galeri batik yang banyak tersebar di kawasan Simpang Pulai, Kota Jambi antara lain toko batik Mirabella, toko batik Berkah, toko batik Melati Putih dan banyak juga toko lain, yang harganya tidak jauh beda ditempat produsennya. Untuk kain batik Jambi berbahan katun, harganya antara Rp 100.000 per dua meter. Sedangkan yang berbahan sutra harganya Rp 300.000 per dua meter. Untuk produk siap pakai, harganya lebih tinggi sekitar Rp 200.000-Rp 500.000 untuk baju batik jambi berbahan sutera.

Pada zaman dahulu batik Jambi tidak dapat dimiliki oleh sembarang orang, hanya oleh masyarakat yang mempunyai tingkat kehidupan sosial tinggi bisa memilikinya, misalnya kerabat kerajaan atau kaum bangsawan.

Sejarah Batik

Jambi Kain batik dibawa dan diperkenalkan pertama kali di daerah Jambi oleh Haji Muhibat pada tahun 1875. Saat itu, ia berserta keluarganya datang dari Jawa Tengah untuk menetap di Jambi. Pada masa itu produksi batik Jambi dan perdagangannya secara terbatas pada kaum bangsawan dan raja Melayu Jambi sebagai pakaian adat. Motifnya pun masih sangat terbatas, bercorak ukiran seperti yang ada pada rumah adat Jambi. Di masa ini batik Jambi merupakan hasil karya seni yang tidak dapat dimiliki oleh sembarang orang. Batik Jambi di konsumsi hanya oleh masyarakat yang mempunyai tingkat kehidupan sosial yang tinggi, misalnya kerabat kerajaan atau kaum bangsawan. Dengan berakhirnya masa kesultanan Jambi, kebutuhan akan batik Jambi menurun secara drastis, sehingga jarang ditemukan ada pengrajin batik Jambi. kalaupun ada, pengrajin itu sudah tua. 

Pada zaman penjajahan Belanda, berita tentang batik Jambi marak kembali dengan munculnya berbagai artikel yang ditulis oleh penulis berkebangsaan Belanda. Salah satunya adalah B.M. Gosligs yang dalam artikelnya mengatakan bahwa atas persetujuan Prof. Vam Eerde dia meminta residen Jambi Tuan H.E.K. Ezermenn untuk meneliti batik Jambi. Sekitar bulan oktober 1928 datang tanggapan dari Ezernann, bahwa di dusunkampung Tengah (kelurahan Tengah) pada waktu itu memang sesungguhnya ada pengrajin batik dan menghasilkan karya-karya seni batik yang Indah. (B.M Goslings halaman 1411) 

Perkembangan Batik Jambi 

Setelah zaman orde baru terutama sejak tahun 80-an hingga sekarang, perkembangan batik Jambi sangat pesat sekali. Pembinaan terhadap sanggar2 batik, dilakukan secara intensif dan massal. Pemakaian batik Jambi tidak lagi terbatas pada kalangan-kalangan tertentu tetapi sudah memiliki kebebasan. Batik Jambi menjadi milik masyarakat dan kebanggaan bangsa Indonesia dan dikenal bukan hanya di Indonesia tetapi sampai ke manca Negara. Ibu Lily Abdoerahman Sayoeti selaku Pembina Kesenian dan Pembina Dharma Wanita Provinsi Jambi pada waktu itu, tak henti-hentinya melaksanakan pembinaan di bidang produksi, permodalan dan pemasaran serta promosi untuk mengangkat citra batik Jambi. Pada masa beliau Jambi juga pernah menjadi tuan rumah pada acara Simposium Internasional Tekstil pada tanggal 6- 9 November 1996. 

Demikian juga batik Jambi juga berkembang pesat pada masa ibu HJ. Ratu Manawaroh Zulkifli Nurdin, baik dari proses teknologi, penggunaan bahan baju maupun penggunaan batik warna alam dan pada masa Ibu Hj. Yusniana Hasan Basri berkomitmen terhadap pengrajin batik di Provinsi Jambi. Salah satunya, melalui pelatihan pengembangan desain dan pewarnaan alam yang dilaksanakan oleh Dekranasda Provinsi Jambi dengan Dinas Perindustrian Provinsi Jambi.

Motip Batik Jambi 

1. Motif Durian Pecah 

Menggambarkan dua bagian kulit durian yang terbelah, tapi masih beertautan pada pangkal tangkainya. Dua belah kulit itu memiliki makna pada masing-masing bagiannya. Belahan pertama bermakna pondasi iman dan takwa. Bagian kedua lebih bernuansa ilmu pengetahuan dan teknologi. Makna yang dapat ditangkap disini adalah, pada motif Durian Pecah, adalah segala pekerjaan mesti dilandasi oleh iman dan takwa serta ditunjang oleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Tujuannya agar pekerjaan itu mendapatkan hasil yang maksimal dan memuaskan.



2. Motif Tampuk Manggis
Melukiskan penampang buah manggis yang terbelah pada bagian tengahnya, menampakkan kulit luar, daging kulit, dan isi buah secara keseluruhan. Ilustrasi ini bermakna kebaikan budi pekerti, kehalusan akhlak, dan kebaikan hati tak dapat dilihat dari kulit luarnya saja.


 3. Motif Kapal Sanggat 

Mengisyaratkan keharusan untuk berhati-hati dalam menjalankan sesuatu pekerjaan. Tidak boleh lalai dalam melaksanakan tugas, selalu waspada dan paham aturan. karena kelalaian dalam pekerjaan akan menyebabkan musibah dan mala petaka bagi yang si pekerja. Melukiskan penampang buah manggis yang terbelah pada bagian tengahnya, menampakkan kulit luar, daging kulit, dan isi buah secara keseluruhan. Ilustrasi ini bermakna kebaikan budi pekerti, kehalusan akhlak, dan kebaikan hati tak dapat dilihat dari kulit luarnya saja.




 4. Motif Kapal Kuao Berhias

Motif Kuao Berhias menggambarkan seekor burung Kuao yang tengah bercermin sambil mengepak-ngepakkan sayapnya. Makna yang terkandung adalah sebagai pengenalan diri. Dalam penjabarannya, kembangan kepakan dan bagian lain dari tubuh burung ini merupakan pantulan cermin yang memperlihatkan siburung tengah berhias. Dengan bercermin dan introspeksi diri daapat diketahui bagianbagian tubuh, keleihan dan kekurangan termasuk hal spiritual. Pada manusia, dengan mengenal diri sendiri diharapkan mampu menutup atau menyempurnakan bagian-bagian yang kurang pantas termasuk berinteraksi sosial dengan masyarakat sekitar.



5. Motip Angso Duo 

Motif angso duo sangat umum ditemukan dalam batik jambi. Memiliki jenis seperti angso duo beriringan, angso duo berhadapan dan sebagainnya. Motif angso dua terinspirasi dari legenda sejarah Kota Jambi yang hingga hari ini diabadikan gambarnya dalam lambang kota Jambi. Motif ini banyak diminati oleh orang luar Kota Jambi.



 6. Motif Sungai Batanghari

Kearifan lokal yang berupa keadaan geografis, kebudayaan, kepercayaan dan hasil seni sangat mempengaruhi motif, sehingga Batik Jambi sarat dengan estetika dan filosofi. Secara umum motif Batik Jambi merupakan satu kesatuan dari elemen-elemen yang terdiri atas titik, garis, bentuk warna dan tekstur. Kesatuan elemen tersebut, mewujudkan keindahan melalaui pengulangan, pusat perhatian, keseimbangan dan kekontrasan yang mengandung kebudayaan setempat, opini dan nilai-nilai filosofis. 



7. Motif Kaca Piring 

Batik gentongan memiliki ciri khas warna yang berani (colour full), pengerjaan yang halus, 
batik gentongan makin lama warnanya makin cemerlang meski kainnya telah rapuh dan memiliki aroma rempah-rempah karena perendaman. Motif-motifnya beragam, namun tidak dapat diketahui secara pasti apakah yang menjadi motif klasik batik gentongan. Seperti yang kebanyakan, motif kembang randu, burung hong, sik melaya, ola-ola dan banyak lagi.


 8. Motif Bungo Keladi.

Keladi merupakan sekelompok tumbuhan dari genus Caladium (suku talas-talasan, Araceae). Dalam bahasa sehari-hari keladi kerap juga dipakai untuk menyebut beberapa tumbuhan lain yang masih sekerabat namun tidak termasuk Caladium, seperti talas (Colocasia). Keladi sejati jarang membentuk umbi yang membesar. Asal tumbuhan ini dari hutan Brazil namun sekarang tersebar ke berbagai penjuru dunia. Penciri yang paling khas dari keladi adalah bentuk daunnya yang seperti simbol hati/jantung. Daunnya biasanya licin dan mengandung lapisan lilin. Ukuran keladi tidak pernah lebih daripada 1m. Beberapa jenis dan hibridanya dipakai sebagai tanaman hias pekarangan. Satu-satunya ciri khas khas motif Jambi adalah kesederhanaan bentuk dan kemandirian objek motif tersebut. Motif batik Jambi berdiri sendiri, tak berangkai dan merangkai, terlepas dari yang lainnya, sehingga banyak ruang kosong didalamnya. Pada batik Jambi ruang kosong itu biasanya diberisian ragam hiasan berupa bentuk tabur titik. 


9. Motif Biji Timun


 10. Motif Buah Anggur 

 11. Motif Riang-riang 


 12. Motif pauh 


 Pengharggaan Terhadap Batik Jambi 

1. Upakarti tahun 1988 atas nama "Batik Relita"( H. Amran Abdullah ) 
2. Upakarti tahun 1990 atas nama "Batik Nova"( Yuliawati } 
3. Upakarti tahun 1993 atas nama Ketua Tim Penggerak PKK Propinsi Jambi (Hj. Lily          Abdurrahman Sayoeti )
4. Upakarti tahun 1994 atas nama "Batik Mawarda"( Hj. Juriah ).
5. Penghargaan rekor batik cap terpanjang di Indonesia dari Museum Rekor Indonesia ( MURI ) tahun 2007 sepanjang 421

Komentar

Postingan Populer